Jumat, Mei 22, 2009

Pendidikan Keagamaan

Perubahan Madrasah menjadi Pesantren Muallimin Muhammadiyah

Minggu, 4 Mei 2008 14:27:27 - oleh : admin

Mungkin banyak pertanyaan di antara kita tentang perubahan nama Madrasah kita menjadi Pesantren. Berdasar Visi dan Misi baru yang disusun oleh Tim Badan Pembina Madrasah (Ust. Yusuf A Hasan, Ust. Syakir Djamaluddin, dan Ust. Asep Purnama Bahtiar) memang nama Madrasah ini telah berubah menjadi Pesantren. Nama Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah atau Pesantren Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta akan menjadi “brand” baru almamater kita.

Kenapa Berubah?

Sudah lama sesungguhnya pertanyaan “akan dibawa kemana Madrasah kita?” atau “bagaimana sistem pendidikan/kurikulu m madrasah kita?” muncul dalam benak pikiran siswa atau pun alumni M3in. Bahkan sempat ada pemeo “style/corak lulusan Mu’allimin tergantung siapa Direkturnya”. Sehingga muncul pula pernyataan “ganti Direktur, ganti sistem”. Tak terasa sistem pendidikan Madrasah pun berjalan berdasarkan kebutuhan saat itu, tanpa ada arah dan panduan jelas kemana proses pendidikan madrasah kita akan dibawa.


Kesadaran akan perlunya kejelasan sistem kurikulum mendorong Badan Pembina perlu menyusun kembali tentang Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Madrasah. Menurut Ustadz Hamdan, keinginan ini sesungguhnya telah ada cukup lama, sekitar tahun 1990-an. Namun baru terwujud di tahun 2001, itupun dengan berbagai dinamika yang ada sehingga tidak maksimal. Kemudian pada tahun 2007 dan awal 2008 dimulai kembali kajian akan pentingnya arah gerak pendidikan madrasah kita. Untuk itulah, disusun tim yang bertugas untuk menyusun visi-misi yang baru.


Selain itu, kompleksitas persoalan pendidikan menjadi faktor dilakukannya perubahan. Perlu diingat, Direktur kita ini ternyata 3 in 1. Yaitu; sebagai Direktur Mu’allimin (sebagai sekolah kader), Kepala MA Mu’allimin, dan Kepala MTs Mu’allimin. Pada awalnya mungkin dengan jumlah siswa, jumlah pegawai, beban kurikulum, tuntutan orang tua, dan lain-lain masih dapat diselesaikan oleh 1 orang dibantu dengan beberapa pembantu direktur. Namun seiring perkembangan zaman, ternyata hal itu tidak dapat terpenuhi secara maksimal, sehingga terkesan dilihat Madrasah kita mengalami kemunduran, dekadensi akhlaq siswanya, semangat kadernya dsb. Bayangkan, yang dulu kita punya 1 – 2 asrama, dengan jumlah total 250 – 300 siswa, saat ini kita ada 9 asrama, dengan jumlah siswa 947 orang dan karyawan/guru 156 orang. Banyak kan….


Kemudian hal lain yang ingin diraih oleh kita adalah Kemandirian. Komitmen bahwa jangan sampai biaya sekolah kita mahal masih menjadi semangat dalam diri pengelola Madrasah kita. (Bandingkan dengan Assalam, Ngruki, dan Pabelan, insya Allah sekolah kita masih lebih murah). Bahkan ke depan kita berkeinginan dapat bekerjasama dengan Panti Asuhan Muhammadiyah untuk mempersiapkan juru dakwah Muhammadiyah. Untuk itu, saat ini Madrasah mulai mengembangkan berbagai macam usaha. Ada cuci mobil, motor, dan karpet (murah dan bersih lho…. ??), percetakan (mulai pengembangan) , penguatan koperasi (untuk peningkatan kesejahteraan guru/karyawan) , ticketing, wartel, dan lainnya yang sedang kita upayakan (laundry, warnet, atau mungkin ada usulan dari rekan-rekan silahkan lho… kita terbuka, apalagi kalu ada mo investasi, kalo menguntungkan dan memungkinkan, masa Madrasah akan menolak…. ???)


Keinginan dan cita-cita itu tidak akan tercapai kalau kita hanya berpayung Madrasah. Karena terbentur dengan ketentuan pemerintah, di mana Madrasah tidak boleh memiliki badan usaha. Sementara Pesantren, dari sistemnya pendidikan diakui, dan diperkenankan untuk memiliki pengembangan yang dimaksud.

Rencana Ke Depan
Perubahan ini tentunya tidak berhenti di sini. Ke depan ada beberapa agenda yang akan dilakukan Badan Pembina beserta Pimpinan Madrasah. Pertama, mengkaji kurikulum pendidikan. Kedua, mengkaji struktur/sistem pengelolaan pesantren (mungkin nanti ada Direktur/Kyai Pondok, Kepala MA, dan Kepala MTs, seperti Pondok Darul Arqom Garut dan Karangasem Lamongan). Ketiga peningkatan kualitas pendidikan MA dan MTs. Keempat, pengembangan usaha, dan kelima mengkaji kemungkinan diadakannya pendidikan tinggi (ma’had ali) pasca Mu’allimin.


Untuk menuju hal itu, Badan Pembina sedang mempersiapkan berbagai perangkat yang diperlukan. Termasuk kemungkinan membeli tanah/lahan lebih luas untuk pembangunan Pesantren Mu’allimin yang terpadu di luar kota. Sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan proses pendidikan kita menuju Visi, Misi, Tujuan Pendidikan yang baru. Wallahu A’lam

Miftahulhaq
Alumni ‘96/Pemdir III 2005-2009

Sumber : Muallimin.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar